Setiap tahun di
bataliyonku selalu diadakan penyegaran, secara bergiliran kami diwajibkan
mengikuti penyegaran. Seperti tahun-tahun sebelumnya, penyegaran tahun ini juga
kami kembali ke gunung Salak. Segala persiapan dan perbekalan sudah kusiapkan
jauh-jauh hari, memang agak ribet karena peralatan yang harus dibawa lumayan
banyak, sedangkan dipakainya setahun sekali, hingga banyak pernak-pernik yang
sudah hilang atau nyelip entah kemana yang tetap wajib kubawa. Alas tidur,
ponco, sangkur sampai alat tulis harus kuperisapkan. Aku sampai beli alas tidur
dan ransel baru karena punyaku yang tahun kemarin dipinjam teman dan tidak juga
kembali, aku sampai lupa siapa gerangan yang meminjam. Selain peralatan yang
wajib dibawa, tak lupa aku juga bawa hape Smartfren karena konon katanya di sana
akan bisa menemukan sinyal.
Sebelum hari H keberangkatan, perlengkapan kami dicek
satu-persatu. Kalau ada satu saja yang terlewat, maka habislah kami kena marah,
persis seperti saat kami masih dalam masa pendidikan atau masa orientasi
sekolah dulu.
Berbeda dengan masa sekolah dulu, acara penyegaran dengan
naik gunung dan kemping kali ini sudah sangat jauh berbeda. Tentu saja, karena aku lebih merindukan kumpul
bareng keluarga, sedangkan saat remaja dulu lebih senang kumpul dengan teman. Tapi
karena sudah jadwalnya begitu, ya sudah dibikin enjoy saja.
![]() |
| nyelfie dulu sebelum kegiatan dimulai |
Yang namanya tentara kalau dilepas di alam bebas, ya memang
benar-benar dilepas, dalam soal ngisi perut, bebas diberi pilihan makanan yang ingin dimakan, istilahnya jika
memang bisa cari makan sendiri, ya silahkan, monggo kerso. Dari bataliyon hanya
menyediakan ubi dan ular. Ular? Yap, ular! Ular yang disediakan juga besarnya
melebihi paha orang dewasa, panjangnya entah berapa meter karena sudah dalam
kondisi dipotong-potong.
Dalam kondisi perut keroncongan karena hanya kemasukan ubi
bakar, maka aroma ular yang dibakar sempat benar-benar menggodaku, sempat maju
mundur ingin mencicipi, tapi akhirnya kuurungkan
karena aku tak tega melihat potongan ular yang masih mentah. Heran juga pada
teman-teman yang begitu lahap memakannya meski tanpa garam, boro-boro bumbu.
Alhasil selama 3 hari 2 malam aku hanya makan ubi, kalau
tidak dibakar ya direbus. Bisa ditebak setelahnya, di dalam tenda yang sempit
itu aku dan dua temanku adu buang gas. Masih syukur 1 tenda diisi 3 orang, lha
kalau lebih dari itu? Berabe!
Tentara yang sudah berdinas memang butuh penyegaran,
terbukti banyak di antara teman-teman yang sudah kepayahan saat menaiki
tanjakan, sampai akhirnya kubantu dorong. Hal ini terjadi bukan karena faktor
usia, namun rata-rata karena bobot tubuh yang sudah melebihi maksimal, dan
kebanyakan ngendon di perut, hingga ngos-ngosan saat langkah kaki harus
melewati pegunungan.
Syukurlah fisikku masih stabil walaupun kalau dihitung dari
masa dinas, aku termasuk yang paling senior di antara teman-teman yang ikut
penyegaran bersamaku kali ini. Bukan karena diwajibkan oleh batalyon yang menjadikanku
disiplin berenang dan lari minimal seminggu tiga kali, namun karena jika satu
kali saja salah satu atau kedua olah raga itu tidak kulaksanakan, maka akan
berimbas pada kesehatanku. Badanku jadi sakit-sakit, sariawan muncul, gampang
tertular penyakit dan yang pasti seluruh badan pegal-pegal.
Sebenarnya kewajiban olahraga itu bukan untuk orang lain
hasilnya, namun untuk diri kita sendiri, makanya aku heran banget sama
teman-teman yang masih susah sekali disuruh olahraga, dan malah ngumpet-ngumpet
agar terbebas dari kegiatan lari.
Pulang dari gunung Salak badanku lelah, letih, namun
terobati saat bertemu kembali dengan istri dan anak-anak meskipun besok paginya
aku harus sudah naik dinas lagi.
