Wednesday, April 1, 2015

Penyegaran di Gunung Salak

 Setiap tahun di bataliyonku selalu diadakan penyegaran, secara bergiliran kami diwajibkan mengikuti penyegaran. Seperti tahun-tahun sebelumnya, penyegaran tahun ini juga kami kembali ke gunung Salak. Segala persiapan dan perbekalan sudah kusiapkan jauh-jauh hari, memang agak ribet karena peralatan yang harus dibawa lumayan banyak, sedangkan dipakainya setahun sekali, hingga banyak pernak-pernik yang sudah hilang atau nyelip entah kemana yang tetap wajib kubawa. Alas tidur, ponco, sangkur sampai alat tulis harus kuperisapkan. Aku sampai beli alas tidur dan ransel baru karena punyaku yang tahun kemarin dipinjam teman dan tidak juga kembali, aku sampai lupa siapa gerangan yang meminjam. Selain peralatan yang wajib dibawa, tak lupa aku juga bawa hape Smartfren karena konon katanya di sana akan bisa menemukan sinyal.
Sebelum hari H keberangkatan, perlengkapan kami dicek satu-persatu. Kalau ada satu saja yang terlewat, maka habislah kami kena marah, persis seperti saat kami masih dalam masa pendidikan atau masa orientasi sekolah dulu.
Berbeda dengan masa sekolah dulu, acara penyegaran dengan naik gunung dan kemping kali ini sudah sangat jauh berbeda.  Tentu saja, karena aku lebih merindukan kumpul bareng keluarga, sedangkan saat remaja dulu lebih senang kumpul dengan teman. Tapi karena sudah jadwalnya begitu, ya sudah dibikin enjoy saja.

nyelfie dulu sebelum kegiatan dimulai

Yang namanya tentara kalau dilepas di alam bebas, ya memang benar-benar dilepas, dalam soal ngisi perut, bebas diberi pilihan makanan yang ingin dimakan, istilahnya jika memang bisa cari makan sendiri, ya silahkan, monggo kerso. Dari bataliyon hanya menyediakan ubi dan ular. Ular? Yap, ular! Ular yang disediakan juga besarnya melebihi paha orang dewasa, panjangnya entah berapa meter karena sudah dalam kondisi dipotong-potong.
Dalam kondisi perut keroncongan karena hanya kemasukan ubi bakar, maka aroma ular yang dibakar sempat benar-benar menggodaku, sempat maju mundur ingin mencicipi,  tapi akhirnya kuurungkan karena aku tak tega melihat potongan ular yang masih mentah. Heran juga pada teman-teman yang begitu lahap memakannya meski tanpa garam, boro-boro bumbu.
Alhasil selama 3 hari 2 malam aku hanya makan ubi, kalau tidak dibakar ya direbus. Bisa ditebak setelahnya, di dalam tenda yang sempit itu aku dan dua temanku adu buang gas. Masih syukur 1 tenda diisi 3 orang, lha kalau lebih dari itu? Berabe!
Tentara yang sudah berdinas memang butuh penyegaran, terbukti banyak di antara teman-teman yang sudah kepayahan saat menaiki tanjakan, sampai akhirnya kubantu dorong. Hal ini terjadi bukan karena faktor usia, namun rata-rata karena bobot tubuh yang sudah melebihi maksimal, dan kebanyakan ngendon di perut, hingga ngos-ngosan saat langkah kaki harus melewati pegunungan.
Syukurlah fisikku masih stabil walaupun kalau dihitung dari masa dinas, aku termasuk yang paling senior di antara teman-teman yang ikut penyegaran bersamaku kali ini. Bukan karena diwajibkan oleh batalyon yang menjadikanku disiplin berenang dan lari minimal seminggu tiga kali, namun karena jika satu kali saja salah satu atau kedua olah raga itu tidak kulaksanakan, maka akan berimbas pada kesehatanku. Badanku jadi sakit-sakit, sariawan muncul, gampang tertular penyakit dan yang pasti seluruh badan pegal-pegal.
Sebenarnya kewajiban olahraga itu bukan untuk orang lain hasilnya, namun untuk diri kita sendiri, makanya aku heran banget sama teman-teman yang masih susah sekali disuruh olahraga, dan malah ngumpet-ngumpet agar terbebas dari kegiatan lari.
Pulang dari gunung Salak badanku lelah, letih, namun terobati saat bertemu kembali dengan istri dan anak-anak meskipun besok paginya aku harus sudah naik dinas lagi.